Perbandingan Antara Bahasa Jawa Kuna dengan Jawa Baru

Perbandingan Antara Bahasa Jawa Kuna
dengan Jawa Baru

Bahasa bisa berkerabat karena memang diturunkan dari sumber yang sama atau karena proses  penyerapan. Dalam melaksanakan penelitian ini, ilmu perbandingan bahasa banyak dibantu oleh hukum bunyi (berdasarkan pergeseran bunyi) dan linguistik historis.
Bahasa Jawa merupakan bagian dari bahasa nusantara, dan termasuk rumpun bahasa autronesia yang ada di dunia ini. Secara linier bahasa Jawa memiliki sejarah yang panjang, area pemakaian yang amat luas dan jumlah penutur yang banyak, sebanyak orang Jawa yang ada. Bahasa Jawa baru diidentifikasi berdasarkan karya sastra yang muncul semenjak jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat awal (kurang lebih tahun 1740) hingga sekarang.
Mardiwarsito dan Kridalaksana (1984;13) menyebutkan bahasa Jawa Kuna sebagai salah satu warga bahasa Austronesia adalah merupakan kesusastraan yang sangat tua. Berdasarkan waktu pemakaian bahasa Jawa, bahasa Jawa Kuna merupakan salah satu dialek temporal bahasa Jawa. Bahasa Jawa Kuna memiliki ciri-ciri kebahasaan antara lain sudah mendapatkan pengaruh bahasa Sansekerta terutama dalam karya sastra yang muncul pada waktu itu, karena para pujangga di samping penganut Hindu Budha sumber-sumber bacaan dan ajarannya berasal dari kedua agama tersebut yang menggunakan bahasa Sansekerta, selain itu belum mengenal bahasa Arab dalam karya sastranya, karena para pujangga banyak yang menganut agama Hindu Budha. Bentuk karya Jawa Kuna berbentuk gancaran (prosa) dan kakawin (puisi) dengan kaidah kakawin Sansekerta. Berkaitan dengan fonologi, morfologi dan kosa kata. Pelafalan bahasa Jawa Kuna a dilafalkan a  pada teks Jawa Kuna karena Jawa Kuna  termotivasi dari Sansekerta.

Kosa Kata
A.    Fonologi
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Penerjemahan
1
Hana
Ana (ɔnɔ)
Ada
2
Wang
Wong (woŋ)
Seseorang
3
Prabbhu
Prabu (prabu)
Prabu
4
Molih
Mulih (mulIh)
Pulang
5
Kalyan
Kalian (kalian)
Dengan
6
Tka
Teka (tékɔ)
Datang
7
Heneng
Meneng (menéŋ)
Diam
8
Saha
Saha (sahɔ)
Dan
1.      Kata “hana” bahasa Jawa Kuna dan kata “ana” bahasa Jawa baru kedua kata tersebut memiliki terjemahan “ada”. Pada kedua kata tersebut terjadi perubahan bunyi pada bahasa Jawa a tetap dibaca a sedangkan bahasa Jawa Baru dilafalkan ɔ dan juga penghilangan fonem konsonan “h”.
2.      Kata “wang” bahasa Jawa Kuna dan kata “wong” bahasa Jawa baru kedua kata tersebut memiliki terjemahan “seseorang”. Pada kedua kata tersebut terjadi perubahan bunyi vokal.
3.      Kata “prabbhu” bahasa Jawa Kuna dan kata “prabu” bahasa Jawa baru kedua kata tersebut memiliki terjemahan “prabu”. Pada kedua kata tersebut terjadi pelepasan fonem konsonan “h” yaitu kata “prabhu” menjadi “prabu”.
4.      Kata “molih” bahasa Jawa Kuna dan kata “mulih” bahasa Jawa baru kedua kata tersebut memiliki terjemahan “pulang”. Pada kedua kata tersebut terjadi perubahan bunyi vokal.
5.      Kata “kalyan” bahasa Jawa Kuna dan kata “kalian” bahasa Jawa baru kedua kata tersebut memiliki terjemahan “dengan”. Pada kedua kata tersebut terjadi perubahan bunyi konsonan.
6.      Kata “tka” bahasa Jawa Kuna dan kata “teka” bahasa Jawa baru kedua kata tersebut memiliki terjemahan “sampai”. Pada kedua kata tersebut terjadi perubahan bunyi pada bahasa Jawa a tetap dibaca a sedangkan bahasa Jawa Baru dilafalkan ɔ.
7.      Kata “heneng” bahasa Jawa Kuna dan kata “meneng” bahasa Jawa baru kedua kata tersebut memiliki terjemahan “diam”. Pada kedua kata tersebut terjadi perubahan bunyi konsonan.
8.      Kata “saha” bahasa Jawa Kuna dan kata “saha” bahasa Jawa baru kedua kata tersebut memiliki terjemahan “dan”. Pada kedua kata tersebut terjadi perubahan bunyi pada bahasa Jawa a tetap dibaca a sedangkan bahasa Jawa Baru dilafalkan ɔ.

B.     Morfologi
Secara morfologi antara kedua bahasa tersebut terjadi proses afiksasi. Proses afiksasi tersebut meliputi:
Prefiks {-a}
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Amungkur
Diadhepake (diadhépake)
Berhadapan
2
Anangis
Anangis (anaŋIs)
Menangis
3
Amungguh
Nemuake (némuake)
Mendapatkan
4
Asawit
Kalungan (kaluŋan)
Berkalung
5
Ahyun
Kapengênan (kapeŋênan)
Berkehendak
1.      Kata ‘Amungkur’ dari bentuk dasar ‘Mungkur’, apabila diterjemahkan ke dalam makna gramatikal bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘Diadhepake’ dari bentuk dasar ‘Adhep’ mendapatkan prefiks {di-} dan sufiks {-ake} atau konfiks {di-,-ake}. Kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Berhadapan”.
2.      Kata ‘Anangis’ dari bentuk dasar ‘Nangis’, apabila diterjemahkan ke dalam makna gramatikal bahasa Jawa Baru tidak ada perubahan sama sekali. Kedua kata tersebut memiliki penerjemahan “Menangis”.
3.      Kata ‘Amungguh’ dari bentuk dasar ‘Mungguh’, apabila diterjemahkan ke dalam makna gramatikal bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘Nemuake’ dari bentuk dasar ‘Nemu’ mendapatkan sufiks {-ake}. Kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Mendapatkan”.
4.      Kata ‘Asawit’ dari bentuk dasar ‘Sawit, apabila diterjemahkan ke dalam makna gramatikal bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘Kalungan’ dari bentuk dasar ‘kalung’  mendapatkan sufiks {-an}. Kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Berkalung”.
5.      Kata ‘Ahyun’ dari bentuk dasar ‘Hyun’, apabila diterjemahkan ke dalam makna gramatikal bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘Kapengenan’ dari bentuk dasar ‘Pengen’ mendapatkan prefiks {ka-} dan sufiks {-an} atau konfiks {ka-,-an}. Kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Keinginan”.
Prefiks {-ka}
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Katon
Ketingal (ketiŋal)
Kelihatan
2
Kaungas
Ambune (ambune)
Baunya
4
Kaparag
Keterak (Ketéra?)
Tertindas
5
Kaucap
Diucapake (diucapake)
Diucapkan
1.      Kata ‘Katon’ dari bentuk dasar ‘Ton’ apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘Ketingal’ dari bentuk dasar “tingal” yang mendapat prefiks {ke-}. Kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Kelihatan”.
2.      Kata ‘Kaungas’ dari bentuk dasar ‘Ungas’ apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘Ambune’ dari bentuk dasar ‘Ambune’ yang mendapat sufiks {-an}. Kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Baunya”.
3.      Kata ‘Kaparag’ dari bentuk dasar ‘parag’, apabila diterjemahkan ke dalam makna gramatikal bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘Keterak’ dari bentuk dasar ‘Terak’ mendapatkan prefiks {ke-}. Kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Tertindas”.
4.      Kata ‘Kaucap’ dari bentuk dasar ‘Ucap’, apabila diterjemahkan ke dalam makna gramatikal bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘Diucapake’ dari bentuk dasar ‘Ucap’ mendapatkan prefiks {di-} dan sufiks {-ake} atau konfiks {di-,-ake}. Kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Diucapkan”.
Infiks {-in}
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Pinupuh
Digebukake (digébu?ake)
Dipukulkan
2
Pinulir
Diubengake (diubéŋake)
Diputarkan
3
Winarang
Dikawinake (dikawInake)
Dikawinkan
4
Pinugut
Dijotosi (dijotosi)
Dipukul
5
Tinuwi
Ditiliki (ditiliki)
Dijenguk
1.      Kata ‘Pinupuh’ dari bentuk dasar ‘Pupuh’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Digebukake’ dari bentuk dasar ‘Gebuk’ mendapatkan perfiks {di-} dan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Dipukulkan”.
2.      Kata ‘Pinulir’ dari bentuk dasar ‘Pulir’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Diubengake’ dari bentuk dasar ‘Ubeng’ mendapatkan perfiks {di-} dan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Diputarkan”.
3.      Kata ‘Winarang’ dari bentuk dasar ‘Warang’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Dikawinake’ dari bentuk dasar ‘Kawin’ mendapatkan perfiks {di-} dan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Dikawinkan”.
4.      Kata ‘Pinugut’ dari bentuk dasar ‘Pugut’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Dijotosi’ dari bentuk dasar ‘Jotos’ mendapatkan perfiks {di-} dan sufiks {-i} yang keduanya memiliki terjemahan “Dipukul”.
5.      Kata ‘Tinuwi’ dari bentuk dasar ‘Tuwi’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Ditiliki dari bentuk dasar ‘Tilik’ mendapatkan sufiks {-i} yang keduanya memiliki terjemahan “Dijenguk”.
Infiks {-um}
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Penerjemahan Makna Gramatikal
1
Sumilih
Gantiake (gantIake)
Menggantikan
2
Sumungsung
Marani (marani
Menjemput
3
Rumaksa
Jagakake (gaga?ake)
Melindungi
4
Sumahur
Jawab (jawab)
Menjawab
5
Rumames
Ngulu (ngulu)
Menelan
1.      Kata ‘Sumilih’ dari bentuk dasar ‘Silih’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Gantiake’ dari bentuk dasar ‘Jotos’ mendapatkan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Menggantikan”.
2.      Kata ‘Sumungsung dari bentuk dasar ‘Sungsung’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Marani’ dari bentuk dasar ‘Maran’ mendapatkan sufiks {-i} yang keduanya memiliki terjemahan “Menjemput”.
3.      Kata ‘Rumaksa’ dari bentuk dasar ‘Raksa’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Jagaake dari bentuk dasar ‘Jaga’ mendapatkan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Melindungi”.
4.      Kata ‘Sumahur’ dari bentuk dasar ‘Sahur’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Jawab’, kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Menjawab”.
5.      Kata ‘Rumames’ dari bentuk dasar ‘Rames’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Ngulu’ dari bentuk dasar ‘Ulu mendapatkan penambahan N yang keduanya memiliki terjemahan “Menggantikan”.
Infiks {-um} berada di depan bentuk dasar
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Umusi
Ngajarake (ngajarake)
Mengajarkan
2
Umaca
Awaca (awacɔ)
Membaca
1.      Kata ‘Umusi’ dari bentuk dasar ‘Usi’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Ngajarake’ dari bentuk dasar ‘Ajar’ mendapatkan penambahan N dan sufiks {-ake}, kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Mengajarkan”.
2.      Kata ‘Umaca’ dari bentuk dasar ‘Maca’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Awacɔ’ dari bentuk dasar ‘wacɔ mendapatkan prefiks {-a}, kedua kata tersebut memiliki terjemahan “Membaca”.
Sufiks {-i}
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Luputi
Nyalahake (nyalahake)
menyalahkan
2
Mapulihi
Balikake (balIkake)
mengembalikan
3
Wisani
Ngerampungi (ngérampuŋi)
Menyelesaikan
1.      Kata ‘Luputi’ dari bentuk dasar ‘Luput’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Gantiake’ dari bentuk dasar ‘Jotos’ mendapatkan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Menggantikan”.
2.      Kata ‘Mapulihi’ dari bentuk dasar ‘Pulih’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Balikake’ dari bentuk dasar ‘Balik’ mendapatkan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Mengembalikan”.
3.      Kata ‘Wisani’ dari bentuk dasar ‘Wis’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Ngerampungi’ dari bentuk dasar ‘Rampung’ mendapatkan penambahan N dan sufiks {-i} yang keduanya memiliki terjemahan “Menyelesaikan”.
Sufiks {-en}
No
Bahasa jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Ucapen
Diceritakake (dicéritakake)
Diceritakan
2
Tonen
Ditontone (ditontone)
Dilihatkan
3
Rengoen
Rungukna (rungUna)
Dengarkan
4
Welien
Tukunen (tukunén)
Belilah
5
Wawaen
Gawanen  (gawɔnén)
Bawalah
1.      Kata ‘Ucapén’ dari bentuk dasar ‘Ucap’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Dicéritakake’ dari bentuk dasar ‘Cérita’ mendapatkan prefiks {di-} dan sufiks {-i} yang keduanya memiliki terjemahan “Diceritakan”.
2.      Kata ‘Tonén’ dari bentuk dasar ‘Ton’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Ditontone’ dari bentuk dasar ‘tonton’ mendapatkan prefiks {di-} dan sufiks {-e} yang keduanya memiliki terjemahan “Dilihatkan”.
3.      Kata ‘Rengoen’ dari bentuk dasar ‘Rengo’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Rungukna’ dari bentuk dasar ‘Rungu’ mendapatkan {-na} yang keduanya memiliki terjemahan “Dengarkan”.
4.      Kata ‘Walien’ dari bentuk dasar ‘Wali’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Tukunen’ dari bentuk dasar ‘Tuku’ mendapatkan sufiks {-en} yang keduanya memiliki terjemahan “Belilah”.
5.      Kata ‘Wawaen’ dari bentuk dasar ‘Wawa’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Gawanen’ dari bentuk dasar ‘Gawa’ mendapatkan sufiks {-en} yang keduanya memiliki terjemahan “Bawalah”.
Sufiks {-ana}
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Satana
Digaringake (digariŋake)
Dikeringkan
2
Wéhana
Diwenehi (diwênêhi)
Diberi
3
Hutiana
Dikurbanake (dikurbanake)
Dikurbankan
1.      Kata ‘Satana’ dari bentuk dasar ‘Sat’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Digaringake’ dari bentuk dasar ‘Garing’ mendapatkan prefiks {di-} dan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Dikeringkan”.
2.      Kata ‘Wéhana’ dari bentuk dasar ‘Wéh’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Diwênêhi’ dari bentuk dasar ‘wênêh’ mendapatkan prefiks {di-} sufiks {-i} yang keduanya memiliki terjemahan “Diberi”.
3.      Kata ‘Hutiana’ dari bentuk dasar ‘Huti’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Dikurbanake’ dari bentuk dasar ‘Kurban’ mendapatkan prefiks {di-} dan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Dikurbankan”.
Sufiks {-aken}
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Wuwusakén
Diucapake  (diucapake)
Diucapkan
2
Wurakén
Nyempurnakake (nyémpurnakake)
Menyempurnakan
1.      Kata ‘Wuwusaken dari bentuk dasar ‘Wuwus, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Diucapake’ dari bentuk dasar ‘Ucap’ mendapatkan prefiks {di-} dan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Diucapkan”.
2.      Kata ‘Wurakén’ dari bentuk dasar ‘Wur’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Nyempurnakake’ dari bentuk dasar ‘Kurban’ mendapatkan penambahan N dan sufiks {-ake} yang keduanya memiliki terjemahan “Menyempurnakan”.
Konfiks {ka-an}
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan Makna Gramatikal
1
Kanghelan
Kekeselen (kékésélen)
Kecapekan
2
Katitisan
Katetesi (katêtêsi)
Ditetesi
1.      Kata ‘Kanghelan’ dari bentuk dasar ‘Nghel’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘kekeselen’ dari bentuk dasar ‘kesel’ mendapatkan prefiks {ke-} dan sufiks {-en} yang keduanya memiliki terjemahan “kecapekan”.
2.      Kata ‘Katitisan’ dari bentuk dasar ‘Titis’, apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru menjadi ‘Katetesi’ dari bentuk dasar ‘Tetes’ mendapatkan prefiks {ka-} dan sufiks {-i} yang keduanya memiliki terjemahan “Ditetesi”.

C.     Semantik
Bentuk kata sama tetapi makna leksikalnya berbeda
No
Kata
Terjemahan Makna Leksikal Bahasa Jawa Kuna
Terjemahan Makna Leksikal Bahasa Jawa Baru
1
Mangke
Sekarang
Nanti
2
Hamba
Teman
Aku
3
Wegah
Gagah
Tidak mau
4
Kari
Sendiri
Sisa

D.    Leksikon
Leksikon adalah kata dan penerjemahannya sama. Misalnya:
No
Bahasa Jawa Kuna
Bahasa Jawa Baru
Terjemahan
1
Kabeh
Kabeh (kabéh)
Semua
2
Lemah
Lemah (lémah)
Tanah
3
Dening
dening (denIŋ)
Oleh
4
Sewu
Sewu (séwu)
Seribu
5
Sekul
Sekul (sékUl)
Nasi
6
Lanang
Lanang (lanaŋ)
Laki-laki
7
Utek
Utek (uté?)
Otak
8
Lawang
Lawang (lawaŋ)
Pintu
9
Dudu
Dudu (dudu)
Bukan
10
Alas
Alas (alas)
Hutan

 Dari data diatas maka dapat disimpulkan perbandingan bahasa Jawa Kuna dengan bahasa Jawa baru hampir semua mengalami perkembangan, dapat disimpulkan bahwa antara kedua bahasa tersebut bahasa Jawa Baru memiliki stuktur yang lebih sederhana.
Kedua bahasa tersebut dalam bidang fonologi mengalami perkembangan, dimana bahasa Jawa Kuna pelafalan a tetap dilafalkan a sedangkan bahasa Jawa Baru pelafalan a mengalami perkembangan menjadi ɔ misalnya kata saha, bahasa Jawa kuna di lafalkan saha sedangkan bahasa Jawa Baru dilafalkan sɔhɔ.
Bidang morfologis kedua bahasa tersebut mengalami perkembangan dimana apabila di dalam bahasa Jawa Kuna di tampilkan kata ‘amungkur’ mendapatkan prefiks {a-} tetapi apabila diterjemahkan makna gramatikalnya ke  bahasa Jawa Baru akan menjadi ‘diadhepake’ sehingga terdapat penambahan prefiks {di-} dan sufiks {-ake}, dari situ dapat dilihat yang semula hanya proses afiksasi prefiks {a-} menjadi memiliki dua proses afiksasi yaitu prefiks {di-} dan sufiks {-ake}. Tetapi ditidak semua kata bahasa Jawa Kuna apabila di bandingkan dengan bahasa Jawa Baru mengalami perkembangan, misalnya saja pada kata ‘asawah’ apabila diterjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru tetap asawah yang terjemahannya bersawah. Infiks {-in} yang terletak di tengah bentuk dasar mengalami perkembangan, dimana bahasa Jawa Kuna infiks {-in} apabila di terjemahkan makna gramatikalnya ke dalam bahasa Jawa Baru maka akan terjadi perubahan proses afiksasinya yang semula bahasa Jawa Kuna infiks {-in} terletak di tengah bentuk dasar maka di dalam bahasa Jawa Baru akan berubah menjadi prefiks dan sufiks. Perubahan prefiks tersebut selalu prefiks {-di} sedangkan sufiksnya tidak tentu. Proses morfologis infiks {um} pada bahasa Jawa memiliki dua proses yaitu terletah di depan bentuk  dasar dan awalan. Infiks {-um} di depan bentuk dasar kedua bahasa mengalami perkembangan yaitu jika pada bahasa Jawa Kuna terjadi proses afiksasi infiks {-um} yang terletak di depan bentuk dasar maka apabila terjemahkan makna gramatikalnya ke bahasa Jawa Baru akan mengalami perkembangan menjadi proses afiksasi sufiks yang tidak selalu tetap perubahan sufiksnya, dapat berupa perubahan sufiks {-i} dan {-ake}. Tetapi, tidak semua selalu mengalami perubahan ada juga yang tetap sama. Infiks {um-} berada di depan bentuk dasar bahasa Jawa Kuna apabila di bandingkan dengan bahasa Jawa Baru mengalami perkembangan, dimana apabila di dalam bahasa Jawa Kuna infiks {um-} maka dalam bahasa Jawa Baru akan berubah menjadi N+sufiks dan juga berupa prefiks {a-}. Pada proses morfologis sufiks kedua bahasa mengalami perkembangan misalnya saja sufiks {-ana} bahasa Jawa Kuna ketika dicari terjemahan makna gramatikalnya akan mengalami perkembangan yang semula hanya mengandung satu proses afiksasi yaitu sufiks {-ana} setelah diterjemahkan ke bahasa Jawa Baru akan menjadi penambahan prefiks dan sufiks. Sedangkan konfiks {ka-an} antara kedua bahasa mengalami perkembangan. Jika bahasa Jawa Kuna konfiks {ka-an} akan berbeda di bahasa Jawa Baru apabila di terjemahkan ke makna gramatikalnya. Perbedaan tersebut adalah dalam bahasa Jawa Kuna konfiks {ka-,-an} akan berubah menjadi prefiks dan infiks.
Bidang semantik pada data di atas kata yang sama namum memiliki terjemahan makna leksikal berbeda mengalami perkembangan yang sangat pesat karena bahasa Jawa Baru memiliki penafsiaran berbeda dengan bahasa Jawa Kuna dan juga karena semakin berkembangannya jaman sehingga pengetahuan semakin bertambah sehingga menjadikan untuk mengubah makna leksikalnya yang berbeda dengan bahasa Jawa Kuna.
Sedangkan dalam leksikon antara bahasa Jawa Kuna dengan bahasa Jawa Baru tidak mengalami perkembangan karena tidak ada perubahan kata dan terjemahan.

Dari paparan di atas bahasa Jawa Kuna 11perlu dipelajari bagi semua kalangan khususnya kalangan pemuda generasi penerus bangsa. Bahasa Jawa Kuna yang merupakan bahasa yang dipengaruhi bahasa India dan termotivasi dari bahasa Sansekerta yang bahasanya rumit tidak seperti bahasa-bahasa sekarang. apabila tidak ada yang mengetahui bahasa Jawa Kuna siapa yang akan melestarikan tulisan-tulisan yang berbaur dengan bahasa Jawa kuna? Apakah hanya akan melihat tulisannya saja? Apakah akan memandang bahwa tulisan itu tulisan aneh tidak memiliki arti?. Padahal tulisan yang berbahasa Jawa Kuna biasanya mengadung banyak petuah-petuah yang dapat dijadikan untuk memotivasi diri. Sebaiknya mulai sekarang mulai memperbanyak kosa kata bahasa Jawa Kuna jangan hanya bahasa asing saja yang dipelajari. Karena bahasa Jawa Kuna belum tentu katanya sama dengan bahasa Jawa Baru memiliki terjemahan yang sama dengan bahasa Jawa Baru.

Sumber:
Abdullah, Wakit.2012.Bahasa Jawa Kuna: Sejarah, Struktur, dan Leksikonnya.Surakarta: Jurusan Sastra Daerah Fakultar Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.


P.J.Zoetmulder.1994.Sekar Sumawur Bunga Rampai Bahasa Jawa Kuna. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Cerita Cakrangga mwang durbudhi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mengenal serat wirawiyata

SEJARAH DAN PRASEJARAH BAHASA JAWA KUNA