pertanggalan Jawa
Kalender Jawa sama halnya dengan
kalender-kalender lainya yang menunjukan hari, tanggal, bulan dan tahun. Hanya
saja pada kalender Jawa terdiri dari 2 macam siklus yaitu mingguan dan pasaran.
Mingguan berupa Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu sedangkan
pasaran berupa Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Pada penanggalan Jawa
setiap hari dan tanggal dalam sistem kalender Masehi mempunyai 2 macam hari
yaitu Senin Pahing, Selasa Pon, Rabu Wage, Kamis Kliwon, dan Jumat Legi.
Biasanya kedua hari tersebut digunakan orang Jawa untuk mengingat hari penting.
Misalnya kelahiran seseorang ataupun kematian seseorang.
Kalender Jawa merupakan siklus perputaran hidup
manusia dan setiap pertanggalan tersebut memiliki simbol-simbol tersendiri.
Pada hari-hari pasaran orang Jawa memiliki simbol sebagai posisi sikap atau
patrap. Antara lain
1. Kliwon, melambangkan sifat alam
seperti batu. Dalam diri manusia yang memiliki kekerasan seperti batu adalah
hati dan batin (keras, kuat, dan berbobot).
2. Legi, melambangkan sifat api.
Dikaitkan dengan karekter manusia yang pemarah dan gegabah.
3. Pahing, melambangkan sifat air,
yaitu dingin dan tenang. Tenang dalam berfikir dan bijak dalam menentukan
berbagai hal.
4. Pon, melambangkan sifat kayu, keras
dan lentur.
5. Wage, melambangkan sifat alam
seperti angin yang tidak dapat dipegang tatapi ada. Dalam diri manusia pada
dasarnya memiliki misi penyampaian hal gaib, yaitu alam setelah kematian.
Dari hari pasaran tersebut biasanya orang Jawa dengan
hanya mengetahui hari lahirnya saja sudah dapat mengetahui sifat seseorang.
Hari kelahiran dan pasaran tersebut dipercaya memiliki pengaruh terhadap suatu
kejadian.
Sedangkan pada mingguan yang berjumalah 7 hari orang
Jawa percaya bahwa hitungan dalam seminggu tersebut bermula ketika Tuhan
menciptakan alam semesta ini dalam 7 tahap. Dimana pada hari pertama diawali
dengan hari minggu.
1. Hari pertama, ketika Tuhan berkendak
untuk menciptakan dunia, sehingga orang Jawa menyimbolkan kehendak Tuhan
tersebut sebagai “Matahari” yang digunakan sebagai sumber kehiduan manusia.
2. Hari kedua, ketika Tuhan menurunkan
kekuatan-Nya menciptakan dunia. Sehingga dengan kekuatan-Nya tersebut orang
Jawa menyimbolkan sebagai “Bulan” yang dapat bercahaya tanpa menyilaukan dan
kelihatan indah.
3. Hari Ketiga, ketika Tuhan mulai
memercikkan sinar Tuhan. Sehingga percikan tersebut disimbolkan orang Jawa
sebagai “Api” yang berpijar.
4. Hari Keempat, ketika Tuhan
menciptakan dimensi ruang untuk wadah semesta. Sehingga dimensi ruangan
tersebut disimbolkan orang Jawa sebagai “Bumi” yang menjadi tempat hidup makhuk
hidup.
5. Hari kelima, ketika tuhan
menciptakan panas yang dapat menyalakan kehidupan. Sehingga dengan adanya panas
yang menyala tersebut orang Jawa menyimbolkan sebagai “Angin” yang bergerak dan
petir yang dapat menyambar.
6. Hari keenam, ketika Tuhan
menciptakan air dan angin. Sehingga air dan angin tersebut disimbolkan orang
Jawa sebagai “Bintang” yang apabila dipandang mirip dengan titik-titik air yang
dapat menyejukan.
7. Hari ketujuh, ketika Tuhan
menciptakan unsur materi kasar sebagai dasar pembentuk kehidupan yang ada.
Sehingga materi kasar tersebut disimbolkan orang Jawa sebagai “Air” sebagai
sumber kehidupan.
Dari hari mingguan diatas perlulah dipahami bahwa pada
dasarnya penyebutan eleman diatas hanyalah sebagai simbol yang digunakan oleh
orang Jawa. Bukanlah merupakan urutan kejadian alam semesta itu sendiri.
Simbol-simbol tersebutlah yang nantinya akan digunakan untuk mengenali watak
atau karakter.
Dengan adanya hari pasaran dan mingguan tersebut dapat
membantu orang Jawa mengetahui bagaimanakah karakter dan bagaimanakah sifat
watak seseorang. Sehingga sudah seharusnya semua orang itu mengetahui dan
belajar sedikit demi sedikit tentang Jawa sehingga kita dapat mengetahui semua
hal yang penting. Seperti halnya kalender Jawa tersebut dapat mengetahui sifat
dan watak seseorang dengan hanya mengetahui hari lahirnya saja.
Orang Jawa untuk nama-nama bulan pada kalender
memiliki nama tersendiri tetapi juga berjumlah 12 bulan seperti kalender Masehi
hanya saja memilik simbol-silmbol tersendiri. Dalam satu tahun yang terdiri 12
bulan tersebut bagi orang Jawa menunjukkan sangkar paraning dumadi (asalnya
dari mana dan akan pergi kemana) yang terdiri dari 12 proses, yaitu:
- Wadana (Sapar) artinya wiwit.
- Wijangga (Mulud) artinya kanda.
- Wiyana (Bakda Mulud) artinya ambuka.
- Widada (Jumadi Awal) artinya wiwara.
- Widarpa (Jumadi Akhir) artinya rahsa.
- Wilapa (Rejeb) artiya purwa.
- Wahana (Ruwah) artinya dumadi.
- Wanana (Pasa) artinya madya.
- Wurana (Sawal) artinya wujud.
- Wujana (Sela) artinya wusana.
- Wujala (Besar) artinya kosong.
- Warana (Sura) artinya tejo
Dari 12 tersebut setiap eksistensi dari hidup manusia
dimulai dengan Teja (sinar hidup yang diciptakan oleh kekuatan gaib dari
Tuhan). Perputaran hidup manusia adalah dari teja kembali ke teja melalui
suwung (kosong). Dari bulan pertama (Warada/ sinar) sampai dengan bulan ke sembilan
manusia baru beradalah di kandungan ibu dalam proses untuk mengambil bayi hidup
yang sempurna, siap untuk lahirkan. Dari bulan kesepuluh dia menjadi seorang
manusia yang hidup didunia ini. Bulan kesebelas melambungkan akhir dari pada
eksistensinya didunia ini yaitu, wusana artinya sesudahnya. Yang terakhir
adalah suwung artinya kosong, hidup pergi kembali dari mana hidup itu datang.
Dengan kehendak Gusti hidup itu kembali lagi menjadi Teja/ Cahaya, inilah
perputaran hidup karena hidup itu abadi.
Alangkah baiknya setiap orang tua memberikan nasehat,
pengertian kepada siapapun yang seharusnya setiap orang itu mengetahui inti
dari sangkan paraning dumadi (asalnya dari mana dan akan pergi kemana). Sehingga
orang-orang dapatlah mengetahui hal tersebut dengan penuh harapan untuk dapar
bertingkah laku yang baik dan benar yang dapat menjaga kehidupan didunia ini
sebagai makhuk hidup. Selama diberikan kesempatan untuk hidup diduni nyata ini.
Pada tahun
Jawa terdapat delapan nama tahun Jawa, pada masa kasultanan Agung, nama-nama
tersebut digubah dan disisipkan bahasa arab/ islam, Nama-nama tahun tersebut
adalah sebagai berikut :
- Purwana – Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)
- Karyana – Ehe, artinya tumandang (melakukan)
- Anama – Jemawal, artinya gawe (pekerjaan)
- Lalana – Je, artinya lelakon (proses, nasib)
- Ngawana – Dal, artinya urip (hidup)
- Pawaka – Be, artinya bola-bali (selalu kembali)
- Wasana – Wawu, artinya marang (kearah)
- Swasana – Jimakir, artinya suwung (kosong)
Kedelapam tahun tersebut membentuk kalimat “ada-ada
tumandang gawe lelakon urip bola-bali marang suwung” (mulai melaksanakan
aktifitas untuk proses kehidupan dan selalu kembali kepada kosong). Tahun dalam
bahasa Jawa itu wiji (benih), kedelapan tahun itu menerangkan proses dari
perkembangan wiji (benih) yang selalu kembali kepada kosong yaitu lahir-mati. Lahir-mati
yang selalu berputar.
Sumber :
All games reviewed by our team - Casinoofib jeetwin jeetwin 1xbet 1xbet 510Bet365 DK - Komorjya Pokiese
BalasHapus